Banyak Korban Jiwa Akibat Henti Jantung Mendadak, Ini Penjelasan Dokter Simon Yosonegoro Liem

KETAPANG – Henti jantung mendadak berbeda dengan serangan jantung mendadak. Henti jantung dapat diakibatkan karena stress fisik, misalnya kecapekan, juga faktor lain seperti perdarahan berat, tersentrum, tenggelam, tersedak, dan lain lain.

Hal itu disampaikan dokter Simon Yosonegoro Liem, Ketua Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) di RSUD dr. Agoesdjam, Ketapang, Kalimantan Barat, kepada media ini terkait telah banyak korban jiwa akibat terserang henti jantung mendadak tersebut.

“Namun penyebab utama henti jantung mendadak itu adalah adanya riwayat serangan jantung sebelumnya, tapi penyebab ini tidak mutlak”, terang dokter Simon belum lama ini.

Selanjutnya untuk yang ini, dokter Simon menyarankan agar dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, misal untuk usia 40 tahun ke atas tiap 3 bulan periksa kesehatan ke dokter meskipun tidak ada penyakit kronis. Untuk cek tensi, pemeriksaan fisik, rekam jantung, maupun periksa darah (gula darah, fungsi hati dan fungsi ginjal - Red).

“Pada saat olahraga jangan terlalu dipaksakan juga. Kalau pada pertandingan profesional kan biasanya ada dokter olahraga yang periksa kesehatan sebelum maupun setelah suatu pertandingan”, kata dokter umum yang bertugas di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang ini.

Kemudian kata dokter Simon, bahwa penyebab utama henti jantung mendadak adalah fibrilasi ventrikel atau ventricular fibrillation/VF (sejenis gangguan irama jantung - Red).

“Selama VF, jantung tidak berdenyut dengan normal, sehingga darah tidak dapat dipompa ke tubuh dengan baik. Akibatnya fatal apabila tidak segera ditolong dalam hitungan menit”, ungkap dokter Simon Yosonegoro Liem yang saat ini praktik di Jalan DI Panjaitan Ketapang Nomor 20 di samping SPBU, setiap hari Senin sampai Sabtu mulai jam 17:00 sampai 21:00 Wiba. 

Dikatakan dokter Simon, kondisi yang dapat mengakibatkan gangguan irama jantung misalnya: penyakit jantung koroner (misal pernah terkena serangan jantung sebelumnya - Red), stress fisik yang berlebihan (misal olahraga berlebihan – Red), penyakit keturunan tertentu, dan gangguan struktur jantung (misal akibat dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dalam jangka waktu lama – Red).***(Halim Anwar/LKBK65).

______

“MENGUTIP SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI PORTAL INI

HARUS SEIZIN TERTULIS DARI REDAKSI, HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG”

_______