TASIKMALAYA-Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan
bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia dijiwai dengan nilai-nilai agama
atau religius karena pada dasarnya para pejuang berlatar belakang agama yang
kuat. Jenderal Besar Sudirman Panglima TNI pertama, beliau juga
seorang guru agama yang taat beribadah. Anak buahnya sering
memanggilan dengan sebutan Kyai.
Hal tersebut disampaikan Panglima TNI Jenderal
TNI Gatot Nurmantyo dihadapan ribuan personel TNI-Polri, Alim Ulama, Tokoh
Masyarakat, Sesepuh Pondok Pesantren, masyarakat dan Anak Yatim Piatu,
bertempat di Lapangan Brigif Raider 13 Galuh, Tasikmalaya, Jawa Barat. Rabu
(21/6/2017).
“Yang memperjuangkan bangsa Indonesia ini
menjadi bangsa yang merdeka adalah rakyat Indonesia yang terdiri atas berbagai
suku, agama dan ras yang berjuang mengorbankan harta benda, pertumpahan darah
bahkan nyawa,” ujar Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
mengatakan bahwa pada perjuangan kemerdekaan tempo dulu, dimana para ulama dan
santri ikut serta dalam setiap pertempuran melawan penjajah sampai akhirnya
kemerdekaan Indonesia bisa direbut. “Setelah itu, ulama dan para santri kembali
ke pesantrennya dan sebagian lagi tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan
dengan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Itulah cikal bakal Tentara
Nasional Indonesia (TNI),” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, Jenderal TNI Gatot
Nurmantyo megungkapkan peranan tokoh agama dalam peristiwa Pertempuran Surabaya
10 November 1945, dimana TNI baru berumur satu bulan dan belum mempunyai
senjata modern untuk menghadapi tentara Sekutu. K.H. Hasyim Ashari
mengeluarkan Fatwa Jihad Fisabilillah agar para umat Islam khususnya para
santri yang dipimpin oleh seorang Ulama bernama Kyai Abbas kembali turun
gunung berjuang melawan tentara Sekutu.
“Ini yang tidak banyak diketahui oleh
masyarakat bahwa yang memimpin perlawanan terhadap Sekutu pada tanggal 10 November
1945 di Surabaya adalah Kyai Abbas dari Pesantren Buntet,” ungkapnya.
Dihadapan ribuan jamaah yang hadir, Panglima
TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo kembali memberikan apresiasi kepada
tokoh-tokoh agama yang merumuskan Pembukaan UUD 1945. Para ulama dengan
mengedepankan rasa kebangsaan, persatuan dan kesatuan serta ke-Bhineka Tunggal
Ika-an sepakat untuk sila pertama Pancasila adalah ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
“Jadi, Pancasila itu merupakan bentuk kompromis umat beragama khususnya
umat Islam saat mendirikan NKRI dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika,” jelasnya.
Panglima
selalu mengingatkan kepada prajurit TNI dimanapun bertugas, harus selalu
menjaga hubungan baik dengan para ulama dan pemuka agama lainnya untuk
mengamankan bangsa ini. “Kalau TNI mau sukses dalam menjalankan tugas
pokoknya maka harus selalu dekat dengan pemuka-pemuka agama. Itu kuncinya,”
ujar Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Dalam sambutannya, Panglima TNI juga
memuji kemampuan syiar para ulama Indonesia dalam menyebarkan agama Islam di
luar negeri. Hal ini juga diakui oleh pimpinan Afrika Selatan yang mengatakan
bahwa, sangat beruntung penyebaran agama Islam di Afrika Selatan disebarkan
oleh ulama-ulama dari Indonesia, sehingga walaupun di Afrika Selatan banyak
agama non muslim, tetapi disanalah penyebaran Islam dapat berjalan aman.
Lebih lanjut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
menyampaikan bahwa sampai saat ini dunia mengakui selama bulan suci Ramadhan,
selain di Mekah dan Madinah, Indonesia adalah tempat yang paling aman
untuk beribadah. “Indonesia yang berpenduduk mayoritas Islam terbesar di dunia
menjadi rujukan dan contoh tauladan untuk Islam yang Rahmatan Lil Alamin,”
tutupnya.***(SP/LKBK65).
Gambar: Documen Puspen TNI untuk Portal LKBK65.
_______
“MENGUTIP SEBAGIAN ATAU
SELURUH ISI PORTAL INI HARUS SEIZIN REDAKSI. HAK CIPTA DILINDUNGI
UNDANG-UNDANG”
______
Post a Comment