JAKARTA-“Salah satu Sumpah Jabatan anggota DPR MPR RI adalah
memperjuangkan aspirasi masyarakat di Dapil nya yang mengantarkan saya menjadi
anggota DPR MPR RI periode 2014-2019 pergantian antar waktu (PAW)”,ungkap Ikhwan
Datu Adam Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Partai Demokrat, kepada Portal
LKBK65,Selasa (11/04/2017) pagi kemarin.
Selanjutnya,
kata Ikhwan Datu Adam, bahwa tidak ada lagi cara membangun dengan mengandalkan
SDA tetapi justru SDA yang pantas dikelola dengan cara cerdas menjadi return of
investment (konsep HTI dll). “Inilah konsep sustainable development yang harus
dipikirkan dari sekarang (harusnya dari 20 tahun lalu-red)”,kata mantan Ketua
DPC Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI) Balikpapan ini.
Menurut
Ikhwan,pembangunan yang berlandaskan unrenewable siap siap menghadapi badai
keterpurukan pasca SDA habis. Daerah yang cerdas adalah daerah yang bisa
menciptakan PAD yang tidak bersumber dari SDAnya seperti migas, batubara dan lain
lain. Daerah kaya SDA seharusnya tidak terjebak dengan tetesan DBH semata
tetapi bagaimana hasil DBH bisa diolah atau diarahkan ke pembangunan ekonomi
berkelanjutan bukan digunakan untuk pembangunan fisik semata. Seharusnya
membangun sentra sentra produksi dengan melibatkan rakyat di dalamnya.
“Hampir
tidak pernah dijumpai di Kaltim yang terpampang "anda memasuki
kawasan industri berbasis one Village one product" seperti industri minyak
makan berbasis CPO (padahal kita kaya akan sawit), atau industri rumah tangga
berbahan melamin (padahal kita kaya dengan gas). Saya malah kagum dengan Haji
Kana Anggana dengan udang windunya. Harga udang windu dunia bisa berubah akibat
pengaruh produksi udang windu Kaltim (dasyatnya renewable industry)”,ungkap Ikhwan.
Kemudian
lanjut Ikhwan,industri pariwisata juga tidak digarap dengan tepat, seharusnya
Kaltim membuat jargon wisata "anda belum ke Kaltim bila tidak singgah ke
Kesultanan Kutai" atau bila belum melihat "keindahan adat istiadat
Dayak".
“Saya yakin
apabila budaya Dayak dikenalkan ke seluruh dunia maka turis turis mancanegara
akan menghabiskan dolar nya ke Kaltim. Dan Kaltim wajib menciptakan sentra
sentra budaya dengan infrastruktur yang bagus. Turis turis dari Airport dapat
langsung menuju sentra budaya budaya dengan jalan yang mulus, dengan lokasi yang
diciptakan indah dan memikat”,ujar Politisi Partai Demokrat Dapi Kaltim ini.
Ikhwan Datu
Adam menilai, bahwa para tamu yang datang ke Kaltim hanya bertujuan bisnis dan
anehnya lagi bisnisnya SDA. Istilahnya mereka datang hanya mengeruk sumber daya
alam nya saja, tetapi kita tidak berhasil mengeruk duitnya untuk mendatangi
pusat pusat budaya kita. Harusnya ada equilibrium ekonomi seperti ini. Coba
kalau orang Kaltim ke Yogyakarta maka daya tarik Yogyakarta mampu mengeruk
rupiah orang Kaltim tetapi ironi kalau mereka ke Kaltim justru untuk mengeruk
uang Kaltim. Disatu sisi kita kaya SDA tetapi kita lupa bagaimana memanfaatkan
era keemasan sumber daya alam berlimpah ini untuk membangun ekonomi kreatif seperti
wisata budaya atau menciptakan basis ekonomi kerakyatan. Maka Pasca sumber daya
alam habis harusnya Kaltim dapat menjadi daerah dengan kekuatan ekonomi
kreatifnya.
“Saya tidak
percaya dengan "dutch deseas" atau kutukan sumber daya alam yang
menghantui Kaltim tetapi kita hanya alfa atau lupa atau keblinger dengan
limpahan SDA sesaat tetapi lupa menggarap setelahnya”,kata Ikhwan.
Bukti bahwa
Kaltim tidak siap lanjut Ikhwan, adalah ketika tiba tiba terjadi penurunan
harga minyak dunia sampai pernah menembus usd 30 /barel (2016). Ini penyebab
anjloknya fiskal secara nasional. Lalu di 2016/2017 hanya fluktuasi di level
usd 45-52/barel (2012 di posisi usd 105/barel) Inilah penyebab ekonomi
dan APBD Kaltim terkoreksi sampai 26% lebih.
“Yang
menarik di setiap Musrenbang Daerah penurunan DBH ini menjadi topik yang
menarik dibahas. Mengapa? Karena hampir seluruh kabupaten/kota dapat kucuran
DBH Migas ini merasakan dampak penurunannya. Bahkan ada kepala daerah yang
sedikit frustrasi bagaimana bisa menutup defisit anggaran yang sangat
signifikan ini. Padahal gejala ini semuanya bersumber dari menurunnya harga
minyak dunia equivalen juga ke harga Batubara”,ujar Ikhwan.
Justru
dengan keadaan ini,kata Ikhwan, harusnya kita dapat memetik pelajaran bahwa
daerah kaya SDA jangan terlalu terbuai dengan kekayaan SDAnya dan kekayaan ini
hanya sesaat. Yang perlu dibenahi dari sekarang adalah bagaimana menciptakan
ekonomi kreatif pasca SDA ini habis (Migas 10 tahun lagi-Red).
“Seandainya
perjuangan kita bersama melalui GRKB ini untuk perubahan UU HKPD khususnya DBH
Migas Daerah Penghasil ini berhasil pun maka nilai kenaikan ini akan menjadi
sia sia kembali apabila kita alfa memikirkan pasca SDA Migas ini”,tutur Ikhwan.
Untung saja
Kaltim dan Kutai Kartanegara (Kukar) kata Ikhwan, masih dapat PI 10% di Blok
Mahakam. Nilai ini relatif besar karena per 31 Januari 2018 Kaltim/Kukar
sudah mendapat kucuran 10% PI ini.
“Dan semoga
nilai ini dapat menutup defisit yang ada. Sekali lagi terima kasih kepada
"Tanah Kutai" yang memberikan sumber daya Migas yang luar biasa ini
bagi Kaltim. Wajar apabila kita gunakan secara cerdas untuk kepentingan
jangka panjang mengingat Migas kita hanya tersisa 10-15 tahun ke depan”,kata
Ikhwan.
Selanjutnya
Ikhwan Datu Adam mengusulkan, agar daerah daerah tidak lagi membangun
infrastruktur perkotaan yang mubazir (mercu suar-red). Gunakanlah kucuran DBH
ini untuk membangun pondasi ekonomi baru (ekonomi kreatif-red).
“Bangun
sentra sentra budaya yang berkelas internasional. Saya yakin Budaya Dayak tidak
kalah dari Bali dan ini bisa dikembangkan menjadi heritage yang bernilai jual
tinggi. Selain itu harus cerdas merayu Jokowi (Presiden – red), dan pemerintah
pusat juga harus fokus ke Kalimantan jangan hanya Papua khusus untuk mega
Project Trans Kalimantan. Karena kelemahan Kaltim justru di infrastruktur
jalan”,ungkap Ikhwan Datu Adam.
Kemduian
lanjut Ikhwan,bangun industri hilir dari raw material Migas kita. Kutai
Kartanegara harusnya memiliki industri hilir seperti industri petrokimia
mengingat Kukar kaya sekali akan gas bumi. Maka 18 industri turunannya akan
hadir di Kukar dan Daerah wajib memiliki saham mayoritas.
“Buat
interkoneksi tol Kaltim agar turis mancanegara tidak perlu lagi harus naik
turun airport.. TOL merupakan investasi dengan IRR 14-17% cukup menarik
investor so, ga usah pakai APBN. Dan lakukan penghematan yang bersandar kepada
kualitas sumber daya manusia. Masa membunuh lalat saja harus pakai basoka he he
he,”pungkas Ikhwan Datu Adam Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Partai Demokrat
Dapil Kaltim ini seraya mohon maaf atas apa yang telah disampaikannya ini, dan
itu semua semata hanya cintanya Ikhwan Datu Adam kepada Kalimantan Timur.***(Halim/Ozzy/LKBK65).
Gambar : Ikhwan Datu Adam bersama Menteri ESDM.***(Ist).
_______
“MENGUTIP SEBAGIAN ATAU
SELURUH ISI PORTAL INI HARUS SEIZIN REDAKSI. HAK CIPTA DILINDUNGI
UNDANG-UNDANG”
______
Post a Comment