Pertemuan dengan Masyarakat Indonesia di Belanda
DEN HAAG - Hubungan Indonesia dengan Belanda
saat ini berjalan dengan sangat baik. Berbagai kerjasama dilakukan di berbagai
bidang, seperti perdangangan, infrastruktur, dan hukum. “Belanda mempunyai
posisi yang unik di mata indoensia dan begitu juga sebaliknya. Sejarah yang
merupakan sumber kedekatan saling mengerti satu sama lain,” ujar Wakil Presiden
Boediono saat bertatap muka dengan masyarakat Indonesia di Belanda di Hotel
Hilton Den Haag, Rabu 26 Maret 2014 lalu.
Wapres mengatakan jika kedekatan Indonesia dan Belanda harus dapat dikelola
dengan baik. “Jangan sampai terpukau, kedekatan sebagai aset, cari cara yang
baik. Belanda harus dijadikan gateway untuk pintu masuk ke Eropa. Dan juga Belanda
melihat Indonesia sebagai gateway masuk ke ASEAN,” ujar Wapres.
Di awal sambutannya, Wapres menceritakan berbagai kegiatannya selama berada di
Belanda. Tujuan utama kehadirannya di Belanda adalah untuk mewakili Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Nuklir
di Den Haag. “Inti dari pelaksanaan KTT adalah bagaimana kita, sebagai negara
yang peduli mengamankan bahan-bahan nuklir yang berbahaya agar tidak jatuh di
tangan yang salah, baik dilakukan dalam kerangka regional maupun
internasional,” ujar Wapres.
Saat ini, dengan pemanfaatan teknologi dan informasi masyarakat Indonesia di
Belanda sudah dapat mengakses perkembangan yang terjadi di Indonesia secara
real time. Bahkan, penggunaan teknologi dan informasi juga sudah merambah pada
kegiatan kampanye pemilihan umum 2014.“Keramaian mengumpulkan massa berkurang,
sehingga suasana lebih tenang. Mereka menggunakan teknik yang lebih unggul,
lebih murah, dan risiko gesekan di lapangan makin berkurang,” ujar.
Saat berdialog dengan masyarakat, Saka, salah seorang mahasiswa Indonesia yang
sedang melanjutkan studinya di Universitas Leiden menanyakan kebijakan yang
mendasari kebijakan bailout Bank Century.
Wapres menjelaskan bahwa krisis ekonomi yang melanda suatu negara tidak akan
pernah dapat diprediksi akan terjadi kapan. Pada tahun 1997/1998 Indonesia
mengalami guncangan krisis, saat itu terjadi krisis keuangan Asia, tetapi kita
dapat melewatinya. “Saat tahun 2008 terjadi krisis, kita telah mempunyai
pengalaman menghadapi krisis,” ucap Wapres.
Tahun 2008 adalah krisis yang besar karena merupakan krisis global, pada saat
menghadapi krisis 2008, pemerintah sudah bersiap-siap, seperti disiapkannya
Perpu. “Karena darurat tidak perlu dibahas DPR. Tercermin dari situasi di lapangan,
terlihat juga dari respon pemerintah saat itu,” ujar Wapres.
Dengan berbekal pengalaman mengenai krisis tahun 1997/1998, dimana saat terjadi
krisis maka dunia dalam situasi gonjang-ganjing, dan psikologi masyarakat
sangat dipengaruhi oleh rumor yang beredar. “Saat itu, kami menutup 16 bank.
Jika dihitung asetnya hanya sebesar 3 persen dari total perbankan,” ujar
Wapres.
Wapres menambahkan bahwa pada tahun 1997/1998, masyarakat sering
bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kondisi di dalam masyarakat?
“Kalau kali ini ada bank yang ditutup, minggu depan bank apa yang akan
ditutup,” ujar Wapres.
Pada prinsipnya, saat krisis melanda di tahun 2008, niat pengambil keputusan
hanyalah satu, menyelematkan negara dari krisis, tidak ada niat lain. “Saya saat
itu baru beberapa bulan menjadi Gubernur BI, jadi tidak mengenal siapa pemilik
bank ini dan bank itu. Tujuan kami hanya menyelamatkan negara," ucap
Wapres.
Jika diibaratkan, kata Wapres, pengambilan kebijakan bailout Bank Century
seperti menyelamatkan sebuah kampung dari kebakaran besar yang dimulai dari
sebuah rumah. “Saat menyelamatkan rumah itu, kita tidak pernah berpikir itu
rumah siapa. Jika itu rumah penjahat atau mempunya utang yang memiliki rumah,
itu urusan nanti. Yang penting kita selamatkan dulu deh kampungnya,” kata
Wapres. Jika kita berdebat tentang siapa pemilik rumah, utangnya berapa, maka
waktu kita akan habis dan api sudah semakin besar dan kebakaran sudah melanda
beberapa rumah.
Dalam laporannya, Duta Besar Indonesia untuk Belanda Retno Marsudi melaporkan
bahwa jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) di Belanda yang tercatat di KBRI
adalah sebanyak 16.520 orang. “Dari data kependudukan Belanda, etnis Indonesia
adalah terbesar kedua setelah etnis Belanda. Dan jumlah mahasiswa sebanyak 1.495
mahasiswa, serta siswa yang sekolah di Sekolah Indonesia sebanyak 79 murid,”
ujar Retno.
Pada hari
Kamis 27 Maret 2014, Wapres beserta rombongan akan bertolak kembali ke tanah
air pada pukul 13.00 Waktu Setempat atau 20.00 WIB dengan menggunakan pesawat Garuda
Indonesia dengan nomor penerbangan GA 089 dan akan tiba di tanah air pada hari
Jumat 28 Maret 2014 pukul 11.20 WIB.***( wapresri.go.id/lkbk)
Keterangan Gambar : Wakil
Presiden Boediono beramah tamah dengan masyarakat Indonesia di Belanda.
Post a Comment