SAAT Pasukan Amerika Serikat menarik diri dari
Afghanistan, salah satu dari peralatan komunikasi untuk komando dan
pengendalian yang biasa digunakan untuk mengendalikan pesawat UAV mereka (ingat
! ini salah satu senjata yang dikabarkan digunakan untuk menyergap Osama Bin
Laden) dibajak oleh gerilyawan Taliban.
Pembajakan ini dilakukan saat gerilyawan Taliban
mencegat iring-iringan kendaraan militer pasukan AS yang hendak bergerak
pulang ke AS, menuju bandara di suatu daerah perbukitan di Afghanistan.
Serangan gerilyawan Taliban tersebut menewaskan 2
personil militer AS, merampas segala peralatan militer yang penting termasuk
yang bersifat “rahasia”, yaitu “command and control system” yang tersebut di
atas, seberat 20 ton dan sedang di pak terpisah dalam 6 peti kayu. Peristiwa
ini berlangsung pada bulan Februari 2014. Sayang tanggal pastinya tak
disebutkan.
Gerilyawan Taliban menginginkan uang dari hasil
penjualan “senjata rahasia” tersebut.
Kepada siapa?
Siapa lagi jika bukan Russia atau RRC. Dan pemerintah
China adalah pemenang nya. Mereka berani bayar mahal, dan segera mengirimkan 8
orang agen intelijen nya ke Afghanistan, markas Taliban setempat, dan melakukan
analisa dan cek fisik atas “barang dagangan” yang ditawarkan.
Kesepakatan bisnis dicapai, jutaan US Dollar
dikabarkan dibayarkan kepadagerilyawan Taliban.
Bayangkan ! Dengan alat itu, jika berhasil menemukan
“cracking code” nya…..berhasil mempelajari titik kelemahannya, atau bahkan
membuat tiruannya, betapa tidak berguna nya UAV (Pesawat intai tanpa
awak/drones) milik AS di medan perang manapun. Apalagi jika berkonflik dengan
RRC !!
Singkat kata, diputuskan lah bahwa keenam peti kayu
berisi peralatan komando yang dianggap senjata rahasia rampasan perang
tersebut, entah bagaimana suatu hari di awal Maret 2014, transit di kargo Kuala
Lumpur International Airport, Malaysia, untuk selanjutnya dibawa ke Beijing
RRC, sebagai kargo samaran…..rute pengirimannya pun tak langsung dari Afghanistan
yang lebih dekat ke RRC, namun di “putar” terlebih dahulu ke Malaysia agar tak
mencurigakan pihak AS dan sekutu nya.
Namun sebelum dibawa langsung ke Beijing, kargo
tersebut dititipkan sementara di Kedubes RRC di KL,Malaysia.
Sementara itu pemerintah AS melalui badan intelijennya
seperti CIA, dan NSA tak tinggal diam.
Mengetahui ada “senjata rahasia berbahaya” yang hilang
dicuri, mereka pun segera mengontak sahabat karib mereka…Agen Rahasia Israel
yang terkenal kehandalannya di dunia intelijen internasional sejak tahun
1950-an. Mereka berhasil menjejaki dan melacak keberadaan kargo “tak wajar” ini
di Malaysia. Dan mereka memutuskan untuk membuntuti lalu merampas balik di saat
yang tepat. Bila perlu dengan teknik sabotase ataupun pencegatan konvoi ala gerilyawan
Taliban di atas.
Di sisi lain, Pemerintah RRC memutuskan hanya
menyimpan kargo “tak wajar” selama satu hari. Diputuskan bahwa kargo ini
akan “dititipkan” pada pesawat terbang sipil yang tak mencurigakan, untuk
menghindari agen intelijen AS yang mereka sadari tak akan tinggal diam.
Singkat kata dipilihlah, flight Malaysian
Air System (MAS) nomor penerbangan MH-370, yang terbang menjelang tengah malam
dar KL, dengan ETA (estimated time arrival) di Beijing sekitar 4,5 jam
setelah lepas landas dari KL. Mungkin sekitar pukul 5 atau 6 pagi waktu
Beijing.
Di dalam daftar penumpang, diisukan terdapat 5 WN AS
dan agen rahasia Israel (MOSSAD) yang telah terlatih dengan pengendalian
pesawat terbang Boeing. Dicurigai, dua WN Iran yang menggunakan passport
curian, sebenarnya adalah para agen Israel yang menyamar tersebut.
Dengan kecanggihan alat sadap mereka….dicurigai, pada
saat kontak terakhir co-pilot Fariq dengan tower KLIA
menjelang perbatasan Vietnam pukul 01.30 waktu Malaysia, saat itulah para agen
rahasia AS tersebut melakukan jamming signalterhadap sistem
pengendalian dan komunikasi pesawat, serta mengambil alih kemudi pesawat dengan remote
control.
Dikabarkan, setelah peristiwa Menara WTC 9/11 tahun
2001, seluruh pesawat Boeing dihubungkan dengan sistem remote control agar
pesawat dapat dikendalikan oleh pihak selain pilot, dari darat (tower) ataupun
pesawat intai militer seperti AWACS.
Tujuannya untuk menghindari pembajakan pesawat yang
mengambil alih kemudi pesawat seperti peristiwa tanggal 9 September 2001.
Kendali pesawat dapat dilumpuhkan dari dara atau pesawat AWACS yang mengikuti
pesawat yang dibajak, sehingga diharapkan upaya pembajak mengarahkan pesawat
sesuai keinginan mereka, dapat dicegah.
Kelima agen rahasia AS dan Israel tersebut mengambil
alih sistem kemudi pesawat segera, dan membelokkan arah penerbangan ke arah
barat. Mengapa?
Ini misi hendak menyabot operasi intelijen RRC. Maka
adalah hal konyol jika terbang menuju timur seperti Filipina dan Guam yang
sebenarnya terdapat pangakalan militer AS yang dapat dengan
mudamenyelamatkan/mendaratkan pesawat tersebut. Namun rutenya harus melalui
Laut China Selatan yang saat ini sedang habis-habisan dipantau oleh segenap
radar maupun alutsista RRC, akibat konflik sengketa wilayah yang melibatkan 6
negara, termasuk RRC dan Filipina.
Radar militer milik Malaysia, Thailand dan India
sebenarnya telah melacak pesawat “tak dikenal” saat itu. Namun sayang nya
reaksi mereka tidak cepat atau memang dibuat begitu?
Pesawat MH 370 terbang di atas laut Sumatra Utara,
Kep. Anambas Selatan India dan mendarat di Maladewa untuk isi avtur (Inilah
yang menyebabkan beberapa nelayan di wilayah tersebut bersaksi sempat melihat
“penampakan” pesawat tersebut.
Tujuan selanjutnya, pesawat Boeing 777-300 ER MAS flight MH
370 beserta seganap awak, penumpang dan terutama kargo nya, akan diterbangkan
ke pangkalan militer AS dan Inggris di pulau atol Diego Garcia di tengah
Samudera Hindia. Yang hanya beberapa ribu kilometer jaraknya dari Maladewa.
Lebih dekat daripada jarak KL-Beijing.
Di sana, kargo dipindahkan, diduga juga bersama Black
Box nya agar pesawat tak terlacak jika jatuh.
Dari Diego Garcia, pesawat selanjutnya diterbangkan
lagi, kali ini melaui perangkatremote control yang dimiliki US Air
Base Diego Garcia, berarti juga kelima agen rahasia dan kargo “curiannya” tetap
di P. Diego Garcia.
Sementara awak pesawat dan penumpang entah disengaja
atau tak sengaja, dibuat tak sadarkan diri akibat kekurangan oksigen. Hal ini
dapat dilakukan sesuai teori seorang ahli penerbangan tanggal 12 Maret 2014,
dengan menerbangkan pesawat di atas ketinggian normal seperti 45.000 kaki (ketinggian
normal pesawat jenis ini adalah 35.000 kaki). Pada kondisi seperti itu, manusia
di dalam pesawat bukan hanya dapat pingsan….namun tak menutup kemungkinan
tewas, karena kehabisan oksigen akibat tipisnya tekanan udara.
Misi rahasia ini tak boleh meninggalkan saksi.
Pesawat kemudian dijatuhkan ke tengah Samudera Hindia
dengan kecepatan tinggi, sehingga hancur berkeping-keping.
Jika melihat ulasan di atas, sebenaranya
kesimpulan-kesimpulan dan dugaan yang selama ini beredar sudah
“menyerempet-nyerempet” ke sana. Namun sengaja dibuat simpang siur, karena
memang para pelaku tak ingin segra ketahuan.
Diarahkan dulu mencari ke Laut China Selatan, lalu
bergeser ke arah barat, yaitu Selat Malaka, lalu lama-lama informasi digiring
ke arah Samudera Hindia, setelah sebelumnya sempat dicurigai mengarah ke utara
(Kazakhstan yang letak nya berdekatan dengan Afghanistan !!)
Di sisi lain, mereka juga tak akan nyaman jika pesawat
tersebut hilang tanpa jejak…..oleh karena itulah AS kemudian mengarahkan negara
sekutunya, yaitu Prancis dan Australia untuk mendapatkan “titik terang” dimana
seahrusnya mencari pesawat MH 370 yang hilang tersebut.
Sekitar 2.500 km sebelah Barat Perth, sebagaimana yang
heboh ditelusuri pesawat militer, kapal dagang sipil dan kapal perang dari
India, Norwegia, Australia, Jepang, RRC dan AS (nah ini nih biang
keroknya), selama seminggu terakhir ini.
Hampir saja mereka keduluan RRC, yang penginderaan
satelit militernya ternyata tanggal 20 Maret 2014 lalu juga sempat mengindera
objek mengapung pada lokasi yang berdekatan dengan yang ditemukan oleh satelit
Inggris, Prancis, dan Australia sebelumnya.
Perhatikan betapa besarnya upaya pengarahan alutsista
RRC dalam mencari pesawat yang membawa 120-an warga negaranya ini. Namun untuk
apa, RRC yang dikenal amat menjaga kerahasiaannya sampai terpaksa mengumbar
segala alutsista nya seperti pesawat intai militer Il-76 Ilyushin, kapal
perusak anti rudal sepanjang lebih dari 150 meter, kapal perang canggih
lainnya. Jangan-jangan kapal selam mereak pun ikut “turun gelanggang”.
Ya, diduga karena ada kargo “khusus” yang amat mereka
tunggu kedatangannya, terbawa di pesawat nahas tersebut, dan mereka harus adu
cepat menenmukannya sebelum pihak AS dan sekutunya menemukannya dan merebut
balik.
Ini semua hanyalah sebuah teori konspirasi dari
seseorang pengamat intelijen Indonesia yang tak sudi disebutkan identitas nya.
Itulah sebabnya hingga hari ini, banyak pihak di
Indonesia baik pengamat dunia penerbangan, praktis seperti ketua asosiasi,
pilot, petugas ATC, termasuk keluarga korban yang masih tak percaya pesawat
jatuh karena kerusakan teknis, malah ada yang menganggap penumpang masih hidup,
tak peduli pidato pernyataan PM Malaysia Najib Razak tanggal 24 Maret 2014 yang
mengatakan bahwa kemungkinan tak ada yang selamat dari keceakaan tersebut.
Percayakah Anda akan teori ini?
Tanpa bermaksud “mengganggu” keluarga korban yang sedang berduka, sebaiknya
kita tunggu saja kelanjutan dari pemecahan misteri ini.*** (Oleh : Heru Andika/Dikutip dari :Kompasiana
25 Maret 2014)
Keterangan Gambar : Heru Andika .***(doc.kompasiana)
Post a Comment